Beda Cemilan Adat di Setiap Nagari
(463 Views) Desember 19, 2018 12:14 am | Published by safitri ahmad | No comment
Saya lahir dan besar di Bukittinggi, sekarang di Jakarta, sedari kecil mama sering mengajak kondangan (pesta pernikahan). Dulu tahun 80-an tata cara pesta pernikahan masih mengikuti adat, tapi sekarang (tahun 2000) sebagian mengunakan adat sebagian tidak.
Sekarang, pernikah dilakukan dengan dua tata cara ; tata cara adat dengan keluarga dekat, dan untuk tamu umum, mereka mengadakan jamuan di gedung pertemuan. Jenis makanan yang disajikan, jenis makanan yang biasa ada di setiap perjamuan (tidak ada lagi yang menyediakan cemilan adat atau lauk-pauk adat).
Saya masih ingat, pada saat kita datang, tuan rumah akan mempersilakan duduk di depan lauk-pauk dan cemilan adat yang sudah tertata rapi. Setelah duduk, tak lama datang nasi di dalam piring. Setelah makan, ditutup dengan makan cemilan. Jika tuan rumah orang Balingka, cemilan yang tersedia antara lain ; bulek-bulek, pinyaram, agar-agar santan yang sudah diiris-iris, dan kue bolu. Jika kami masih ada hubungan saudara dengan tuan rumah, maka kampie (tempat untuk membawa beras yang digunakan untuk acara pernikahan) akan diisi bulek-bulek, pinyaram, dan lapek abuak. Lapek abuak (lepat dari tepung beras dan gula merah) tidak dihidangkan di depan tamu, hanya diberikan untuk saudara dekat.
Saya tidak menemukan cemilan wajik dan gelamai (kalamai), di acara pernikahan nagari Balingka, tapi di nagari yang lain, misal nagari Kurai, terdapat cemilan wajik dan gelamai. Wajik dan gelamai disandingkan dengan bulek-bulek (nama lain inti) dan pinyaram. Di nagari Balingka bulek-bulek tidak ada isinya, tapi di nagari Kurai, bulek-bulek mempunyai isi berupa kelapa parut dan gula pasir.
Nagari Rantau di daerah Padang, Painan, dan Pariaman, juga menyediakan wajik dan gelamai sebagai bagian dari cemilan adat.
Dulu tetangga dan kerabat dari tuan rumah membantu membuat cemilan adat untuk pernikahan, tetapi sekarang, cemilan adat dibeli jadi di pasar atau pesan. Jumlah cemilan yang dibutuhkan tidak banyak, karena hanya disediakan untuk kerabat dekat.

About safitri ahmad
Saya arsitek lansekap dan urban planner, lahir dan besar di Bukittinggi. Sekarang di Jakarta dan sibuk dengan menulis arsitektur lansekap dan arsitektur, serta mengerjakan proyek arsitektur lansekap dan kajian perkotaan. Buku pertama saya "Gunawan Tjahjono : Arsitek Pendidik."
No comment for Beda Cemilan Adat di Setiap Nagari