Lokasi Ukiran dan Makna di Dinding Rumah Gadang
(4460 Views) Februari 21, 2016 2:35 am | Published by safitri ahmad | No comment
Dinding rumah gadang terbuat dari material kayu dan bambu. Dari depan hanya terlihat material kayu pada dinding, kolom, dan struktur, tapi di bagian belakang rumah gadang (Rumah Gadang, Rumah Bagonjong, Rumah Adat Minangkabau) terdapat dinding bambu. Bambu yang digunakan, bambu yang sudah tua, yang telah melalui proses pengawetan dengan cara, direndam di dalam lumpur/air dalam jangka waktu tertentu.
Kayu dipotong menjadi papan yang dipasang secara vertikal. Pada setiap sambungan antara papan yang satu dengan yang lain diberi bingkai, termasuk bingkai pada jendela dan pintu. Semua papan dan bingkai ini dipenuhi oleh ukiran. Ukiran mengisi bidang dalam bentuk garis melingkar atau persegi.
Ukiran tidak hanya terdapat pada dinding, jendela atau pintu, tapi tiang rumah gadang juga diukir dengan berbagai macam gaya ukiran. Ukiran merupakan hiasan yang dominan dalam bangunan rumah gadang Minangkabau. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada dinding rumah gadang. Setiap ukiran pada bagian – bagian di rumah gadang (3 Tahap Mendirikan Rumah Gadang) mempunyai ciri khas dan makna tersendiri.
Ukiran merupakan karya seni yang menggunakan falsafah alam yang dianut oleh orang Minang “alam takambang jadi guru”. Motif ukiran (Makna dan Arti Ukiran di Rumah Gadang) terinspirasi dari tumbuhan, nama hewan, dan benda-benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Motif yang terinspirasi dari tumbuhan : tumbuhan merambat, akar, daun, bunga, dan buah. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke dalam, ke atas dan ke bawah, misal, Aka Barayun (akar berayun), Aka Duo (akar dua), Gagang (gagang), Aka Taranang (akar terendam) , Bungo Anau (bunga enau), Buah Anau (buah enau), Bungo Taratai dalam Aie (bunga teratai dalam air), Daun Bodi jo Kipeh Cino (daun bodi dan kipas cina), Kaluak Paku (tanaman pakis) Kacang Balimbiang (kacang belimbing), Siriah Gadang (sirih besar) dan Siriah Naiak (sirih naik).
Motif yang terinspirasi dari nama hewan, seperti Ayam Mancotok dalam Kandang Gajah Badorong (gajah didorong), Harimau dalam Parangkok (harimau dalam perangkap), Itiak Pulang Patang (itik pulang senja), Kuciang lalok (kucing tidur).
Motif yang terinspirasi dari benda-benda yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, seperti Ambun Dewi, Aie Bapesong (air berputar), Ati-ati,Carano Kanso (carano plat besi tipis), Jalo Taserak, Jarek takambang, Jambua Cewek rang Pitalah, Kaluak Baralun (lengkungan beralun), Lapiah Duo (lapis dua), Limpapeh, Kipeh Cino dan Sajamba Makan (kipas cina dan makan bersama-sama).
Pola ukiran berbentuk melingkar, berjajar, berhimpit, berjalin, dan sambung – menyambung. Motif-motif daun, bunga atau buah diukir berjajar atau tunggal.
Ada tiga warna utama yang digunakan, sirah (merah tua kecoklatan), kuniang (kuning kunyit), dan hitam. Ketiga unsur warna ini melambangkan luhak agam (merah), luhak tanah datar (hitam) dan luhak lima puluh kota (hitam).
About safitri ahmad
Saya arsitek lansekap dan urban planner, lahir dan besar di Bukittinggi. Sekarang di Jakarta dan sibuk dengan menulis arsitektur lansekap dan arsitektur, serta mengerjakan proyek arsitektur lansekap dan kajian perkotaan. Buku pertama saya "Gunawan Tjahjono : Arsitek Pendidik."
No comment for Lokasi Ukiran dan Makna di Dinding Rumah Gadang